Fokus Transformasi, Bupati Sragen Prioritaskan Turun ke 21 Desa Miskin pada Ramadan Ini

SRAGEN (Ampuh.id) – Bupati Sragen Sigit Pamungkas dan Wakil Bupati Suroto, memfokuskan perhatian pada 21 desa miskin dari total 61 desa miskin yang ada di kabupaten tersebut.

Hal itu ditekankan Bupati Sigit, saat Safari Ramadan perdananya, ke Masjid Abdul Rahman Bin Auf, Desa Poleng dan Masjid Jamiatul Muslimin, Desa Pilangsari, Rabu (5/3/2025). Kegiatan tersebut sekaligus untum mempererat silaturahmi dengan masyarakat.

Tak sekadar menjadi momen untuk menyapa warga, pada momen itu juga dilakukan penyerahan bantuan rehab Rumah Tak Layak Huni, Al-Qur’an, dan 418 paket sembako Desa Poleng dan 314 paket di Desa Pilangsari.

Bupati menegaskan, kegiatan safari Ramadan tidak hanya ajang bertegur sapa, tetapi juga membawa dampak positif nyata bagi warga, khususnya di wilayah tertinggal. Dalam program ini, Pemkab Sragen memfokuskan perhatian pada 21 desa miskin dari total 61 desa miskin yang ada di kabupaten tersebut.

“Kami pilih 21 desa miskin sebagai prioritas. Selama ini kita hanya bagi-bagi sembako, sekarang kita tambah dengan bantuan rumah layak huni,” ujar Sigit.

Menurutnya, data desa-desa tersebut sudah tercatat di dinas terkait, sebagai bagian dari program integratif pengembangan Super Desa. Program itu bertujuan mengubah desa miskin ekstrem menjadi desa yang glowing alias maju, bahkan melampaui desa-desa yang sebelumnya sudah berkembang.

“Transformasi ini kita wujudkan dengan mengintegrasikan berbagai program, seperti pembangunan jalan, penerangan, pendidikan, bantuan pendidikan, hingga dukungan untuk UMKM, yang semuanya difokuskan di 21 desa miskin pada tahun ini,” jelasnya.

Bupati Sigit juga memiliki rencana jangka panjang. Dari 61 desa miskin di Sragen, pihaknya mentargetkan menangani 20 desa setiap tahun, sehingga dalam tiga tahun ke depan seluruh desa miskin dapat terselesaikan.

“Kita ikhtiarkan, kita yakin bisa. Visi Indonesia Emas 2045 dengan angka kemiskinan 0,1 persen bisa kita capai lebih cepat. Kalau kita garap dari kampung, bahkan bisa nol persen,” ungkapnya.

Sigit menyatakan keinginannya untuk bringing the future ke Sragen.

“Kita ingin menghadirkan Sragen masa depan mulai hari ini, tidak perlu menunggu hingga 2045. Desa impian yang kita bayangkan untuk masa depan, kita wujudkan sekarang,” lanjut bupati.

Dia berharap, program itu menjadi langkah konkret dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Sragen, sekaligus menjadi model transformasi desa yang dapat dicontoh daerah lain. Melalui pendekatan terintegrasi dan fokus pada desa-desa miskin, Sragen bertekad menjadi pelopor pembangunan berbasis kampung, menuju Indonesia bebas kemiskinan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *