Mahasiswa Unkartur Ikut Meriahkan Kirab Sam Poo Kong
SEMARANG (Ampuh.id) – Perayaan peringatan kedatangan Laksamana Cheng Hoo dari Kelenteng Tay Kak Sie menuju Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (4/ 8/2024), berlangsung meriah.
Sejak pagi ribuan warga dan wisatawan memadati sejumlah ruas jalan di Kota Semarang yang menjadi rute iring-iringan pawai atau kirab perayaan peringatan kedatangan Laksamana Cheng Ho (Sam Pho Tai Jin). Mulai dari mulai Kelenteng Tay Kak Sie di Jalan Gang Lombok, Pecinan hingga menuju Kelenteng Sam Poo Kong di Gedong Batu melalui Jl Pemuda, Kota Semarang, masyarakat terlihat antusias untuk mengikuti pawai yang menjadi agenda tahunan Pemkot Semarang tersebut.
Mahasiswa Universitas Nasional Karangturi (Unkartur) Semarang dari Program Studi (Progdi) Pendidikan Bahasa Inggris, Budi Santoso) atau yang kerap disapa Ming, mengatakan rangkaian perayaan ini sudah dimulai Jumat (2/8) lalu. Pawai yang melibatkan ribuan peserta tersebut berasal daru belasan klenteng, baik di Kota Semarang maupun dari luar daerah.
Sedangkan atraksi yang mereka tampilkan, lanjut Ming, di antaranya Liong (Naga—red), Barongsai dan kesenian tradisional lainnya.
“Rata-rata penampilan para peserta sangat menarik, sehingga mendapat banyak perhatian dan pujian dari para penonton, yang yang menonton di sepanjang ruas jalan hingga kawasan kompleng Klentai Sam Poo Kong,” katanya.
Pada perayaan ini, Ming ikut terlibat langsung dalam pawai besar itu.
“Saya ikut dalam pawai Liong ebagai peserta Kirab Sam Poo besar (Peringatan Kedatangan Laksamana Cheng Ho dan Kong Co Sam Poo Tay Djien) yang ke 619 tahun. Saya dan kelompok saya sebagai pengawal salah satu Kong Co atau Dewa dan pemain bagian tubuh naga/liong di arak-arakan ini ini,” ujar Ming dengan bangga.
Menurut Ming, perayaan kedatangan Laksamana Cheng Ho tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya. Peserta bukan hanya berasal dari klenteng di dalam Kota Semarang saja, melainkan juga dari daerah Kalimantan Barat, mulai dari Pontianak, Singkawang hingga Sintang.
“Mereka semua berpartisipasi dengan menampilkan berbagai ragam kesenian dan kebudayaan yang sudah berusia ratusan tahun,” paparnya.
Adapun Tatung dari berbagai Pek Kong di wilayah Kalimantan Barat juga, sambung dia, menampilkan kesenian debus dengan menusukkan benda-benda tajam di area badan hingga wajah mereka. Hal ini bertujuan hanya untuk mengenalkan budaya Tionghoa kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Semarang. (*)