Mahasiswa Prodi Pariwisata USM Kuliah Lapangan di Kawasan Kota Lama

SEMARANG (ampuh.id) – Sebanyak 45 mahasiswa Prodi Pariwisata USM melakukan kuliah lapangan di kawasan Kota Lama pada 17 Oktober 2024.

Mereka didampingi dosen pengampu mata kuliah, Muchammad Satrio Wibowo SKel MSc.

Satrio mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari praktik lapangan mata kuliah pariwisata desa dan kota.

Dalam kegiatan itu, para mahasiswa diajak berkeliling menulusuri kawasan kota lama dengan konsep wisata jalan kaki yang bekerja sama dengan biro perjalanan wisata Bersukaria Tour Agency.

Para mahasiswa diajak berkeliling objek-objek yang juga merupakan gedung dan lokasi bersejarah dari masa kolonial seperti Jalan Suari (Kerkstraat), Hero Coffee (Eks Oei Tiong Ham Bankvereeniging), Gedung pusat Oei Tiong Ham Concern, Soesmans Kantoor, Monod Huis, Jalan Jalak (Zwaalustraat), Galeri UMKM (Eks De Javasche Bank), Bank Mandiri Mpu Tantular (Eks Nederlandsche Handel Maatschappij), Bekas komplek percetakan van Dorp, Pasar Antik Kota Lama, Gereja Blenduk, Taman Srigunting (Paradeplein), Restoran Pringsewu (Eks Kian Gwan).

”Mahasiswa saya ajak menganalisis secara langsung komponen atraksi, aksesibilitas, dan amenitas di kawasan wisata Kota Lama. Ternyata benar, kawasan ini menyimpan banyak nilai sejarah dan bisa menjadi aset untuk dikembangan lebih menjadi objek wisata dengan konsep wisata jalan kaki,” kata Satrio.

Menurutnya, gedung-gedung yang sekarang difungsikan sebagai kantor, café, dan rumah makan memiliki nilai sejarah yang luar biasa.

Salah satu gedung yang memiliki nilai sejarah tinggi adalah gedung yang sekarang berfungsi sebagai Restoran Pringsewu.

”Di dalamnya masih terdapat penjara kecil dan brankas asli milik Oei Tiong Ham,” ungkapnya.

Menurut salah satu pemandu, Fabio menjelaskan, Oei Tiong Ham adalah seorang pedagang dan pengusaha keturunan Tionghoa yang lahir tahun 1866 dan meninggal tahun 1923.

Oei Tiong Ham adalah salah satu orang terkaya di Asia Tenggara dengan kekayaan sekitar 200 juta gulden atau setara dengan 47 trilliun rupiah.

”Beliau terkenal dengan moniker “Radja Goela” karena salah satu bisnis beliau yang paling terkenal adalah bisnis gula-nya,” ujar Fabio.

Albet Oktavian Senas, mahasiswa Program Studi Pariwisata dan menjadi salah satu peserta kuliah ini mengatakan, kegiatan tersebut menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Pasalnya, dia bisa kuliah sambil jalan-jalan langsung melihat Kota Lama lebih dekat.

”Banyak informasi yang saya dapatkan dari ikut kuliah ini, seperti bangunan yang dulunya berfungsi sebagai kantor Jiwasraya, ternyata pada tahun 1916 menjadi bangunan pertama di Semarang yang memiliki lift,” tuturnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *