Penanganan Stunting Kota Semarang Dipuji UNESCO, Sutapa: Bisa Jadi Role Model Nasional
SEMARANG (Ampuh.id) – Executive Director Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE)-UNESCO C2C, Prof Ignas Sutapa memuji program penanganan stunting di Kota Semarang. Beberapa upaya penangan, seperti pemenuhan gizi bagi ibu hamil atau calon ibu dan anak periode 1000 hari, sosialisasi peran orang tua, serta kesehatan lingkungan mampu membawa hasil untuk menurunkan stunting di Kota Semarang secara signifikan.
Menurut Sutapa, upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang ini bisa menjadi role model bagi penanganan stunting tingkat nasional.
“Permasalahan stunting adalah masalah bersama. Harus ada upaya serius untuk Indonesia Maju, sehingga konsep atau halangan berkaitan dengan kesehatan atau masalah stunting bisa diatasi,” ujarnya usai rapat koordinasi terkait penanganan stunting di Balai Kota Semarang, Jumat (22/3).
Dari data yang dipaparkan Pemkot Semarang, dia menilai sangat komprehensif. Sajian data yang konfrehensi soal stunting ini bisa menjadi modal awal ke depan, karena pemerintah pusat sangat membutuhkan model-model yang pas dalam percepatan penurunan stunting.
“Mudah-mudahan keberhasilan Kota Semarang dalam menurunkan stunting bisa menjadi role model bagi penanganan stunting tingkat nasional,” katanya.
Di sisi lain, Sutapa juga mengapresiasi langkah-langkah Pemkot Semarang dalam upaya pemenuhan kebutuhan sumber pangan lewat program urban farming yang selalu digencarkan oleh Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Untuk itu, dia mendorong agar program-program penanganan stunting seperti Daycare dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bisa terus digencarkan.
“Ini sangat bagus sekali, bisa menjadi model dan mesti ada hal-hal yang harus diteruskan dan ditingkatkan, serta komitmen untuk bisa mengeksekusi atau mensinergikan,” paparnya.
Sementara Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut sampai Februari 2024 kasus stunting di Kota Semarang masih di angka 857 kasus. Angka itu sudah turun drastis di mana satu tahun sebelumnya terdapat 1.340 kasus.
Wali Kota perempuan pertama di Kota Semarang ini menekankan jajarannya untuk selalu membuat perencanaan atau inovasi-inovasi, agar tahun 2024 ini status stunting di Kota Semarang bisa zero atau nol kasus.
“Kami punya cita-cita, pandangan, perencanaan, dan inovasi di Kota Semarang ini bisa menjadi atau diimplementasikan ke tingkat lebih tinggi, dengan memakai sistem digitalisasi sebagai pemacu proses-prosesnya. Dan saat ini penurunan angka stunting di Kota Semarang sangat drastis,” akunya.
Dia berharap program-program yang dijalankan di Kota Semarang bisa lebih baik dan bisa disempurnakan, khususnya dalam upaya penanganan stunting dari hulu sampai hilir.
Mbak Ita, panggilan akranya, mengimbau masyarakat Semarang ke depan bisa ikut berperan dalam upaya menurunkan angka stunting, selain menerapkan perencanaan-perencanaan yang sudah dijalankan pemerintah. Saat ini pihaknya tengah memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
“Kita juga harus waspada ada ibu KEK, sehingga harus dilakukan penanganan. Pemkota kini sedang membuat program siaga stunting. Jadi betul-betul motret dari masing-masing anak stunting dan ibu hamil. Nanti akan dilihat satu-satu keluarga, seperti dalam upaya kamu menurunkan kemiskinan ekstrem. Kita akan buat parameternya,” tandasnya. (*)