Ketua DPRD Kota Semarang Dorong Dinkes Minimalisir Stunting di 2024
SEMARANG (Ampuh.id) – Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman mendorong Pemkot Semarang melalui Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk meminimalisir stunting terhadap anak/balita.
“Saat ini sudah ada Perda terkait anak dan perempuan, tentunya antara lembaga legislatif dan eksekutif harus berjalan seiring. Berbicara soal anak penting, karena nasib bangsa kedepan tergantung dari anak anak kita,” ucapnya, di Semarang, baru-baru ini.
Kadarlusman menilai perlu penanganan serius terhadap kasus stunting dan kesehatan anak sebagai prioritas masa depan.
“Kita harus serius, bukan hanya dorongan dari keluarga tapi juga lingkungan pemerintah. Semua harus bergerak bersama untuk mewujudkan lingkungan yang sehat,” ujarnya.
Sementara Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Undip Semarang, Sri Achadi Nugraheni mengatakan calon ibu pada saat hamil diharapkan tidak menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis) atau gizi buruk dan anemia.
Janin yang kekurangan gizi pada saat kehamilan dia akan berpotensi mudah terkena penyakit beresiko seperti hipertensi, kanker pada usia dewasanya, karena pada saat pembentukan janin dia tidak sempurna seperti jantung, ginjal tidak bagus, sehingga SDM nya akan menjadi tanggungan negara,” ucapnya
Selain itu juga berpotensi terjadinya obesitas pada saat usia dewasa. Terkait kecerdasaan pada janin saat pembentukan otak 25 persen, pada usia 1 tahun terjadi 75 persen, pada saat usia 2 tahun terjadi di 80-90 persen, pada saat usia 5 tahun terbentuk 100 persen
“Makanya posyandu digunakan pelayanan balita maksimal sampai dengan usia 5 tahun,” ujar Didit sapaan akrab Nur Achadi Nugraheni.
Menurut dia, anak merupakan generasi penerus yang akan membawa bangsa kearah yang lebih baik. Oleh karena itu kehidupan dan perkembangan anak harus menjadi prioritas kita semua.
Di tahun 2024 Pemkot Semarang lebih fokus pada kesehatan anak dan telah melakukan berbagai upaya yang berhasil menekan angka stunting secara signifikan, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Lalu bagaimana kebijakan dan upaya Pemkot Semarang untuk menyiapkan anak kita agar bisa menjadi generasi emas di masa mendatang.
Naik 14,7 Persen
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Muhammad Abdul Hakam mengungkapkan berdasarkan survei stunting di Kota Semarang sidi tahun 2023 diangka 14,7 persen, yang tadinya 10,7 persen naik menjadi 14,7 persen.
“Ini berdasarkan angka sampling yang dilakukan temen temen Kemenkes jamlahnya 977 (1,16 persen) dari jumlah 85.000 . Di Kota Semarang masuk tiga besar, Semarang Tengah, Semarang Utara dan Semarang Selatan, dari sisi akumulasi paling banyak dari Semarang Utara,” ujar Hakam.
Menurutnya, selama 2-3 tahun ini berusaha membuat terobosan posyandu harus jalan, Day care (program percepatan memperbaiki gesain) kota Semarang baru punya 10 dari target 15.
Hakam mengakui penelitian yang dilakukan pada tahun 2022, salah satu faktor terjadinya stunting yaitu ketidakikutsertaannya ke posyandu.
“Kalau angka kehadiran setiap bulan 100 persen bisa menurunkan stunting. Selain mendapatkan intervensi dari ibu ibu kader dapat PMT termasuk ibunya melakukan edukasi,” ujarnya
Terkait pola asuh tantangannya dari pendidikan baik itu ibu atau bapak selain itu asupan juga jangan sampai masalah terkait gizi, diprioritaskan double protein. Ini harus dikonsumsi balita,” imbuh Hakam.
Yang tidak kalah penting rumah yang tidak layak huni, sanitasi tidak baik airvtidak bersih, ini juga menjadi faktor pemicu terjadinya balita stunting,” ujarnya. (*)