Kemendesa PDTT dan USM Bersinergi Wujudkan Kemandirian Energi di Daerah Tertinggal

JAKARTA (Ampuh.id) – Dalam upaya mewujudkan kemandirian energi di daerah tertinggal, Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) bersinergi dengan akademisi dari Universitas Semarang (USM).

Kolaborasi itu ditandai dengan eksplorasi inovasi teknologi energi terbarukan dalam ajang Power and New Energy (PNE) Expo 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/11/2024).

Pertemuan itu dihadiri Penelaah Teknisi Kebijakan dari Kementerian Desa PDTT, Roni Foliyandra ST, Muhammad Alfian Ramadhani ST, dan Abdurrahman Al Fahrrizi SKel bersama Satria Pinandita ST MEng, perwakilan akademisi dari Universitas Semarang.

Fokus diskusi meliputi pengembangan teknologi energi hybrid berbasis kincir angin dan panel surya untuk meningkatkan akses energi di Daerah Tertinggal yang menjadi prioritas kementerian terutama Ditjen PPDT.

Roni Foliyandra mengatakan, dalam forum tersebut, tim kolaborasi berencana melakukan implementasi proyek energi hybrid dengan sistem off-grid yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan daerah-daerah tertinggal yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional.

Teknologi ini memadukan pembangkit listrik tenaga angin dan matahari sehingga mampu beroperasi secara optimal di berbagai kondisi geografis dan cuaca.

”Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendesa PDTT saat ini memilki lokus 36 kabupaten Daerah Tertinggal yang berstatus belum entas di Tahun 2024 akan menjadi fokus prioritas dalam rencana implementasi proyek ini pada tahun 2025. Teknologi hybrid ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik harian masyarakat sekaligus menjadi solusi berkelanjutan bagi daerah-daerah tersebut,” kata Roni Foliyandra.

Satria Pinandita menambahkan, sistem off-grid yang dirancang akan dilengkapi dengan baterai penyimpanan energi untuk memastikan pasokan listrik tetap stabil, bahkan saat angin atau sinar matahari sedang minim.

”Desain ini mengutamakan efisiensi dan kemudahan perawatan, sehingga dapat dioperasikan oleh masyarakat setempat dengan pelatihan sederhana,” ujarnya.

Rencana implementasi proyek ini melibatkan beberapa tahap, di antaranya studi kelayakan yaitu mengidentifikasi lokasi potensial di 36 kabupaten daerah tertinggal yang memiliki sumber daya angin dan matahari melimpah.

Kedua, desain dan pengembangan teknologi yakni menyesuaikan desain sistem hybrid untuk kebutuhan lokal, termasuk pemasangan kincir angin modular dan panel surya.

Ketiga, pelatihan masyarakat yakni memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat untuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem.

Keempat, pembangunan pilot project yakni memulai implementasi proyek percontohan di beberapa desa sebagai model yang dapat direplikasi di wilayah lain.

Kelima, evaluasi dan pengembangan skala lebih besar yaitu mengukur dampak dan efektivitas sistem untuk diadopsi di lebih banyak desa.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan itu akan diselenggarakan webinar online pada 10 Desember 2024 dengan tema ”Menggali Potensi Daerah untuk Mewujudkan Desa Mandiri Energi”.

Webinar tersebut akan diisi narasumber Satria Pinandita ST MEng, yang akan membagikan wawasan dan pengalaman tentang pengembangan teknologi energi hybrid serta strategi implementasinya di desa-desa tertinggal.

”Dengan adanya rencana proyek dan webinar ini, kami optimistis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tertinggal, membuka peluang ekonomi baru, dan mendorong pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia,” tutup Satria. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *