Hari Ini Genap Berusia 71 Tahun, Banteng Raiders Cikal Bakal Pasukan Raiders Indonesia
SEMARANG (Ampuh.id) – Banteng Raiders pada 23 Maret 2024 ini genap berusia 71 tahun. Bak seorang manusia, usia 71 tahun yang kini melekap pada pasukan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini tentu memiliki pengetahuan dan pemikiran yang matang. Yang membanggakan, Banteng Raiders tidak sekadar menjadi pasukan pemukul bagi Kodam VII kala itu, tapi Banteng Raiders sekaligus juga menjadi cikal bakal Pasukan Raiders Indonesia.
Lebih membanggakan lagi, Batalyon Banteng Raiders yang tumbuh, besar dan berkembang dari rakyat ini bermarkas di Srondol Semarang. Keberadaannya pasukan pemukul menjadi andalan Kodam VII yang sekarang berubah nama menjadi Kodam IV Diponegoro ini tentu saja kebanggaan masyarakat Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Berdasarkan sejarah kelahirannya, Banteng Raiders adalah pasukan yang dibentuk oleh Letkol Ahmad Yani yang kala itu masih Perwira Menengah. Banteng Raiders diresmikan pada 23 Maret 1953 dengan nama awal Batalyon 454.
Pasukan inilah yang berhasil menggempur kedudukan pasukan DI/TII pimpinan Amir Fatah di wilayah Slawi-Tegal. Operasi penghancuran pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah ini tergolong sukses. Ide pembentukan pasukan elite oleh Letkol Ahmad Yani yang melibatkan 2 Kompi bergerak secara kesatuan kecil didukung oleh Kompi 1 Banteng Raiders pimpinan Kapten Pujadi.
Kapten Pujadi merupakan anggota pilihan dari Batalyon 401/Rajawali dan Kompi Banteng Raiders II yang dipimpin Kapten Hadibroto yang merupakan anggota pilihan dari Batalyon 402 Banteng Loreng pimpinan Mayor Soerono.
Untuk menyiapkan ketangguhan pasukan ini kemudian dilakukan pelatihan di Battle Training Centre (BTC) Sumowono. Letkol Ahmad Yani ditunjuk memimpin pembentukan pasukan ini. Satuan ini dibentuk dengan mendasarkan pada tekat keberanian bertempur, pantang menyerah dan pantang mundur. Tekad ini kemudian menjadi moto Pasukan Banteng Raiders adalah ’Pantang Mundur’.
Kendati Banteng Raiders saat itu belum lama berdiri, namun kemampuan dan taktik pasukan dan peralatan perang yang digunakan sudah tergolong cukup modern. Dengan mengandalkan gerak pasukan dalam kelompok-kelompok kecil, namun memiliki kemampuan menyusup ke daerah musuh dan melakukan pertempuran jarak dekat yang mengejutkan lawan.
Letkol Inf Purn Totok Suroto, mantan prajurit Banteng Raiders, mengaku bangga bisa menjadi pasukan BR. “Saya betul-betul kagum karena pada saat saya masuk masih menemukan para pendahulu yang dibentuk Pak Ahmad Yani. Profilnya tinggi besar dan gagah serta kuat, benar-benar mirip banteng. Latihannya dengan disiplin tinggi, sehingga hampir tak pernah gagal dalam menjalankan tugas. Sebagaimana saya bertugas pada saat Operasi Seroja di Timor Timur melalui penerjunan,” kenang Totok Suroto yang mengawali sebagai prajurit Banteng Raiders dari pangkat Prajurit Dua.
Pernyataan senada juga dilontarkan Letkol Inf Purn Sukiran, rekan Totok Suroto yang sama-sama bertugas dalam operasi melawan Freteline. Sukiran menuturkan dalam operasi terganas tersebut, banyak prajurit Banteng Raiders gugur, namun tak pernah menyiutkan nyali untuk maju ke medan pertempuran. Termasuk saat itu juga dialami oleh Bambang Priyoko, yang masih berpangkat Letnan Dua. Terpaksa prajurit yang purna berpangkat Kolonel ini harus kehilangan tangan kanannya karena ledakan bom. Kol Inf Purn Bambang Priyoko SIP yang kini memimpin Markas Cabang Legiun Veteran RI Kota Semarang tetap bangga sebagai Prajurit Banteng Raider.
Menurut Sukiran, Banteng Raiders merupakan satu-satunya pasukan berkualifikasi raid atau penghancuran, yang mengedepankan operasi tempur dengan ketepatan dan kecepatan. Banteng Raider menjadi inspirasi dibentuknya satuan-satuan Raiders untuk mengatasi separatis.
“Dulu logo di baret kita adalah kepala Banteng yang tak ada kupingnya. Memang sengaja tanpa kuping karena filosofinya supaya kita tak mendengarkan suara tembakan lawan saat maju bertemur. Pak Yani sedetil itu membuat pasukan Banteng Raiders,” ungkap Sukiran.
Komandan Batalyon Infanteri Raider 400/Banteng Raiders Letkol Inf Moh Zainollah juga ikut bangga dipercaya komando atas untuk memimpin satuan elite Kodam IV Diponegoro. “Batalyon Banteng Raiders ini telah mengisi sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam peran serta membela kemerdekaan, dari operasi Trikora sampai operasi Perdamaian yang digelar PBB di beberapa negara yang berkonflik. Kalau tugas keamanan dalam negeri gak teritung lagi dari Aceh hingga Papua,” ujar Danyonif 400/BR.
Di usia ke-71, Zainollah yang mengemban tugas sebagai Komandan Satuan memohon doa restu kepada masyarakat Indonesia, khusus warga Jateng, agar mampu menjalankan amanah sebagai garda terdepan penjaga NKRI. Selain itu juga makin dicintai rakyat dan bisa turut serta membantu mengatasi kesulitan rakyat.
Sunatha Liman Said, mitra yang juga menjadi warga kehormatan Banteng Raiders, mengaku salut dan bangga kepada prajurit yang telah menunjukkan dedikasinya dalam membantu masyarakat. “Saya mengikuti terus aktivitasnya, dari bersih-bersih monument GBN di Slawi langsung lanjut ikut membantu menangani korban banjir Semarang dan Demak sampai sekarang. Selain itu masih ditambah kegiatan bakti sosial bagi takjil dan buka bersama di sekitar markas bersama warga masyarakat. Pokoknya saya salud prajurit kita tidak pernah merasakan capek untuk mengabdi kepada bangsa dan negara,” ujar Sunatha Liman Said. (*)