Temui Alumni Fakultas Sastra Undip, Agustin Diminta Perhatian terhadap Monumen Tegalkangkung

SEMARANG (Ampuh.id) – Calon Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menemui sekitar 70-an alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegoro yang kini dikenal sebagai Fakultas Ilmu Budaya, di sebuah resto kawasan Tembalang, Semarang, Sabtu (2/10/2024).

Para alumni yang hadir banyak yang sudah sangat senior, misalnya ada Angkatan 73, 75, 76, 77, 78, 79. Kemudian ada dari Angkatan 80-an sampai lulusan terakhir.

Mereka hadir untuk berjumpa dengan calon Wali Kota Semarang yang sealmamater dengannya. Agustin adalah mahasiswa jurusan Sastra Inggris Angkatan tahun 1990, dan dia juga lulusan program doktor (S3) Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip.

Agustina Wilujeng juga merupakan Ketua Ikatan Alumni FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Undip, yang sebelumnya bernama Fakultas Sastra Budaya, menjadi Fakultas Sastra, dan kini Fakultas Ilmu Budaya.

“Saya harus menyebut apa ya. Mas, Mbak, Budhe, Pakdhe, Om, Tante kepada Bapak-Ibu sekalian. Kalau yang duduk di luar itu besti-besti karena angkatannya sepantaran dengan saya,” ujar mantan Anggota DPR RI ini.

Agustin menyampaikan, saat ini dia sedang dalam proses pemilihan kepala daerah, sebagai Calon Wali Kota Semarang berpasangan dengan Iswar Aminuddin.

“Kami memohon doa restu dan dukungan dari Panjenengan semua, untuk mengelola Kota Semarang,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Sri Sumarlin alumni jurusan Sejarah Fakultas Sastra Undip Angkatan 76 menyampaikan pesan kepada Agustin, untuk memperhatikan Monumen Perjuangan Tegal Kangkung.

Monumen Tegalkangkung yang dikenal sebagai Monumen Peluru ini berada di Tegalkangkung, Jalan Fatmawati, Kedungmundu , Kota Semarang.

“Monumen ini adalah tempat saksi sejarah perjuangan masyarakat Indonesia melawan kolonial Belanda. Orang tua saya termasuk pelaku Sejarah. Kami memohon agar monument itu mendapat perhatian, bila kelak Mbak Agustin menjadi Wali Kota Semarang,” kata Sri Sumarlin.

Monumen yang terdiri dari bangunan tugu yang berbentuk peluru emas dan sebuah rumah itu, menurut Marlin, kini dirawat oleh para ahli waris pejuang. Dia berharap seterusnya ada perhatian pemerintah kota, dan bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah.

“Saya catat. Tetapi saya baru bisa melaksanakan apa yang menjadi harapan ini kalau saya jadi wali kota. Untuk itu mohon dukungannya,” ujar Agustin.

Seorang lagi, Wiwied, alumnus Sastra Indonesia yang tinggal di Tlogosari curhat kepada Agustin. Menurutnya, Pemkot Semarang dan anggota DPRD-nya sangat suka meninggikan jalan.

Banyak anggota DPRD Kota Semarang yang menawarkan dana aspirasi untuk peninggian jalan. “Akibatnya jalan-jalan menjadi lebih tinggi dari rumah. Maka banjir kini semakin menjadi-jadi, karena jalan ditinggikan tetapi drainase tidak diperhatikan,” ujar Wiwied.

Dia berharap, adanya perbaikan saluran untuk pembuangan air dari Perumnas Tlogosari. “Banjir sekarang makin tinggi dan sering. Saya tidak menuntut banjir dihilangkan, tetapi dikurangi. Ini sangat memberatkan bagi rakyat,” kata dia.

Agustin mencatat hal ini, dan menyatakan akan memperhatikan bila kelak terpilih menjadi Wali Kota Semarang.

Acara ini sekaligus menjadi ajang temu kangen para alumni lintas Angkatan, mengingat mereka ada yang sudah puluhan tahun tidak bertemu, meskipun sama-sama tinggal di Semarang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *