Keluarga Nabi Muhammad Contoh Keluarga Ideal

SEMARANG (Ampuh.id) – Keluarga Nabi Muhammad SAW adalah contoh keluarga ideal. Sebagai kepala keluarga beliau sangat menjaga keadilan, kasih sayang, dan perhatian dalam kehidupan keluarga. Nabi Muhammad menunjukkan bagaimana menjadi suami yang adil, ayah yang penyayang, serta kakek yang penuh perhatian, semuanya dilandasi oleh kelembutan, kesederhanaan, dan kasih sayang.

Hal itu dikemukakan oleh Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Jawa Tengah Gunoto Saparie ketika memberikan kultum (kuliah tujuh menit) di depan jamaah salat tarawih di Masjid Baitussalam, Taman Karonsih, Ngaliyan, Semarang, Jumat malam, 14 Maret 2025. Bertindak sebagai imam salat Ustaz Mukminun.

Menurut Gunoto, keluarga Nabi Muhammad adalah teladan nyata bagi umat Islam untuk menciptakan keluarga yang harmonis, penuh cinta, dan berlandaskan pada prinsip-prinsip moral dan spiritual yang tinggi. Nabi Muhammad, sebagai seorang rasul dan pemimpin umat Islam, menunjukkan sifat-sifat mulia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam keluarga.

“Keluarga Nabi Muhammad merupakan contoh teladan yang sempurna, menggambarkan betapa seorang kepala keluarga dapat menjadi pribadi yang adil, penyayang, penuh kasih sayang, dan bertanggung jawab,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Gunoto Saparie membacakan beberapa ayat Surat At-Tahrim. Surat ke-66 dalam dalam Al-Quran itu mengandung pelajaran penting tentang kehidupan keluarga Nabi Muhammad dan petunjuk-petunjuk bagi umat Islam mengenai hubungan suami-istri, larangan, dan sikap yang harus diambil dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Ayat pertama surat itu mengisahkan tentang kejadian di mana Nabi Muhammad mengharamkan madu yang sesungguhnya halal, demi mencari keridaan atau untuk menyenangkan istri-istrinya.

“Ayat-ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tidak mengharamkan sesuatu yang halal demi kepentingan pribadi atau menyenangkan orang lain. Di samping itu, ayat-ayat ini juga mengajarkan pentingnya tobat, kejujuran dalam keluarga, serta perlindungan dan pertolongan Allah bagi hamba-Nya yang taat,” ujarnya.

Ayat pertama dalam surat tersebut, demikian Gunoto, mengingatkan kita bahwa dalam Islam kita tidak boleh mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah hanya karena kepentingan pribadi atau untuk menyenangkan orang lain. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa keputusan-keputusan kita, terutama dalam keluarga, harus selalu berlandaskan pada petunjuk Allah.

“Karena itu sangat penting menjaga kejujuran dan amanah dalam hubungan keluarga. Apa pun yang terjadi, tidak ada yang dapat disembunyikan dari Allah. Kita harus menjaga kepercayaan dalam hubungan suami-istri,” katanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *