Dua SMK Muhammadiyah Cepu Satukan Langkah, Jawab Tantangan Zaman
BLORA (Ampuh.id) – Dalam upaya menjawab tantangan zaman, SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) dan SMK Muhammadiyah 1 (SMK Musa) Cepu menggelar IHT (In House Training) bersama.
Kegiatan tahunan ini berlangsung selama dua hari, Senin-Selasa (2–3/6/2025), bertempat di Lt. 2 Aula Utama SMK Muda Cepu, Blora.
Seluruh guru dari kedua sekolah terlibat penuh dalam forum strategis ini, menjadikannya ruang reflektif sekaligus transformasi bersama.
IHT tahun ini mengangkat tema “Implementasi AI dan Coding dalam Pembelajaran Deep Learning” sebagai jawaban atas perubahan zaman.
Kegiatan ini tidak sekadar teknis elatihan, tetapi upaya menyelaraskan kembali visi dan misi sekolah.
Zaenal Arifin, MM., Kepala SMK Muhammadiyah 2 Cepu menyampaikan, kita perlu menyatukan kekuatan seluruh warga sekolah.
“Inilah saatnya menyatukan langkah hadapi kompetisi yang makin sengit,”
tegasnya, merujuk pada munculnya Sekolah Rakyat di Cepu sebagai tantangan baru.
Dukungan datang dari para pemangku kebijakan,
di antaranya Kepala Cabang Dinas Wilayah IV Jateng), Budi Eviani Kasi SMK, dan Warsito Pengawas Sekolah Menengah,
yang turut hadir dalam kegiatan ini.
Dalam sesi materi, Budi Santoso menyoroti krisis karakter generasi muda, akibat paparan gadget, media sosial, dan menurunnya adab terhadap orang tua.
“Sekolah bukan tukang laundry, Bro,” ujarnya.
Kalau tanpa melibatkan orang tua, kita tak akan sanggup membenahi semuanya, tegasnya
Pada sesi lainnya, Gunawan Trihantoro, Ketua Satupena Blora hadir membawakan materi PR Creative Writing dan Public Speaking berbasis AI.
Ia menekankan pentingnya peran public relation dalam membangun reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
“PR sekolah itu penting untuk menarik calon siswa dan orang tua,
juga memperkuat relasi dengan alumni, media, hingga pemerintah,” ujarnya.
Gunawan menyebut ada tiga kunci dalam membangun citra sekolah:
Pertama, creative writing untuk konten website, medsos, dan press release.
Kedua, public speaking dalam promosi dan komunikasi publik, dan ketiga, konsistensi dalam membangun narasi positif yang diperbarui terus-menerus.
“Imej sekolah dibentuk bukan hanya oleh fasilitas, tetapi narasi yang hidup dan terawat,” tambahnya.
IHT ini jadi titik temu penting antara teknologi dan karakter, antara narasi dan reputasi, antara visi dan kolaborasi.
“Dari Cepu, gerakan kecil ini menjadi contoh nyata, bahwa pendidikan bisa berubah bila dijalankan bersama dan berkelanjutan,” kata Sekretaris Forum Kreator Era AI Jateng ini. (*)