DPD RI Jateng Gelar FGD ‘Evaluasi Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Proyeksi Tahun 2025’
SEMARANG (Ampuh.id) – Forum Group Discussion (FGD) terkait Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah digelar di kantor DPD RI Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Imam Bonjol 185 Kota Semarang, Rabu (13/11/2024).
FGD yang bertema ‘Evaluasi Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Proyeksi Tahun 2025’ ini diprakarsai oleh Dr Abdul Kholik SH MSi, yang merupakan anggota DPD RI Dapil Jawa Tengah.
Dalam kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yakni dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah dan Perum Bulog Wilayah Jawa Tengah.
Himawan Wahyu Pamungkas, Sekretaris Distabun Jawa Tengah menyampaikan bahwa konsumsi beras untuk Jawa Tengah tahun 2024 sekitar 1,1 juta ton. Perlu peningkatan produksi beras untuk menuju ketahanan pangan.
Menurutnya, penyebab kekurangan target dari surplus beras di Jawa Tengah karena adanya beberapa faktor. Pertama karena alih fungsi lahan. Tahun 2024 terjadi pengurangan lahan seluas 62,192 Ha di Jawa tengah. Dari luas baku sawah 1.049.661 Ha (data 2019) menjadi 987.648 Ha (data tahun 2024).
Kedua perubahan iklim, perubahan suhu dan pola cuaca berpengaruh kualitas air dan kuantitas nya menurun. Dan ketiga adanya gejolak harga pangan. Upaya pencegahan dan mengatasi kekurangan target surplus beras yaitu dengan intervensi pemberian bantuan pupuk organik dan peningkatan provitas, rehabilitasi lahan dan peningkatan luas baku sawah.
Himawan juga menyampaikan terkait alih fungsi lahan persawahan di wilayah Jawa Tengah yang semakin masif. Dalam lima tahun terakhir ini lahan sawah seluas 62 ribu hektare di Jawa Tengah hilang dan berubah menjadi perumahan, kawasan industri hingga objek wisata.
Menurutnya, data tersebut dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN yang menyebutkan, pada tahun 2019 sampai 2024, luas lahan persawahan di Jateng berkurang hingga 62.193 hektare.
Himawan menyebut, terjadi pengurangan luas baku sawah dari 1.049.661 hektare tahun 2019 menjadi 987.648 hektare tahun 2024 (terjadi pengurangan seluas 62.193 hektare).
Ia menjelaskan jika alih fungsi lahan tertinggi ada di Kabupaten Grobogan. Diketahui, dalam lima tahun terakhir, lahan sawah seluas 8.387 hektare di Grobogan telah beralih fungsi.
Berdasarkan data Kementerian ATR/BPN, luas lahan persawahan di Grobogan pada 2019 mencapai 90.776 hektare. Namun pada 2024, sawah tersebut beralih fungsi hingga akhirnya menjadi 82.389 hektare.
“Bahwa alih fungsi lahan pertanian merupakan perubahan lahan dari pertanian menjadi fungsi lain, seperti perumahan, kawasan wisata, atau lainnya. Alih fungsi lahan pertanian bisa berdampak pada lingkungan dan potensi lahan itu sendiri,” katanya.
Ditambahkan, faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian adalah peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah industri di Jateng yang mengurangi luas lahan dan menurunkan produksi hasil pertanian.
Sementara dari Bulog Kanwil Jateng menyatakan menjaga ketahanan pangan dengan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersedian, keterjangkauan dan stabilitas.
Diketahui, untuk stok beras di Jawa Tengah hingga akhir tahun 2024 sejumlah 267.985 ton, cukup aman hingga sebelum panen padi tahun 2025. (*)