Sebagian peserta Bedah Buku 'Anakku Dipotret Malaikat' dan 'Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual' berfoto bersama Bunda Literasi Jawa Tengah di Perpusprov Jateng, Jalan Sriwijaya, Semarang
Sebagian peserta Bedah Buku 'Anakku Dipotret Malaikat' dan 'Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual' berfoto bersama Bunda Literasi Jawa Tengah di Perpusprov Jateng, Jalan Sriwijaya, Semarang

Bedah Dua Buku di Perpusprov Jateng Sukses Digelar

SEMARANG (Ampuh.id) – Dua buku edukatif yang menggugah, “Anakku Dipotret Malaikat” karya Adnan Katino dan “Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual” karya Nawal Nur Arafah Yasin MSi. (Bunda Literasi Jawa Tengah), dibedah secara mendalam dalam kegiatan literasi yang sukses digelar di Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Sriwijaya, Semarang, Jumat (16/5/2025).

Acara yang dihadiri sekitar 100 peserta ini melibatkan berbagai elemen masyarakat literasi dan pendidikan, termasuk mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang, Rotary Club of Semarang Kunthi, serta anggota Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Jawa Tengah. Antusiasme peserta terlihat sejak awal hingga akhir kegiatan, dengan diskusi yang hidup dan sesi tanya jawab yang penuh semangat.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah, Rahmah Nur Hayati SKM MKes menekankan pentingnya membaca buku sebagai jalan memperoleh ilmu pengetahuan sekaligus hiburan. “Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca, kita bisa memperluas wawasan dan memperkaya batin,” ujarnya saat membuka acara.

Bedah buku ini menghadirkan para narasumber berkompeten, yaitu Ketua Pascasarjana UPGRIS, Prof Dr Harjito MHum, dan Ketua Bengkel Sastra Taman Maluku, Bambang Sulis. Moderator kegiatan dipercayakan kepada Sarjono dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah. Kedua penulis turut hadir dan menjelaskan langsung latar belakang serta pesan moral dari karya mereka masing-masing.

Para narasumber memberikan kritik membangun namun secara umum memberikan apresiasi tinggi terhadap kedua buku. Buku “Anakku Dipotret Malaikat” dinilai menyentuh sisi humanis dan spiritual, sementara “Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual” dianggap sebagai kontribusi penting dalam penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan perlindungan anak di lingkungan pendidikan berbasis keagamaan.

Ketua Panitia Pelaksana, Ir Listyati Purnama Rusdiana MSi, yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pengelolaan Perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah, dalam laporannya menyampaikan terima kasih atas partisipasi seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan ini.

Nawal menuturkan, buku “Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual” lahir dari keprihatinannya terhadap berbagai kasus perundungan dan kekerasan seksual yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di pesantren.

Pesantren, lanjut dia, seharusnya menjadi tempat yang aman, teduh, dan membangun karakter. Namun kenyataannya, beberapa kasus yang mencuat menunjukkan bahwa ruang-ruang sakral ini pun tidak luput dari praktik kekerasan, baik verbal, fisik, maupun seksual.

“Saya tidak sedang menghakimi institusi pesantren. Justru sebaliknya, buku ini adalah bentuk cinta saya terhadap pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan bangsa. Saya percaya pesantren mampu menjadi pelopor perubahan, menjadi tempat tumbuhnya generasi yang bukan hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, keberanian moral, dan keberpihakan terhadap korban,” ujarnya.

Menurut Nawal, dalam buku ini ia mengangkat data, fakta, dan pendekatan psikologis serta pedagogis tentang bagaimana bullying dan kekerasan seksual bisa muncul, serta bagaimana pencegahan dan penanganannya bisa dilakukan secara sistematis.

Ia juga menawarkan pendekatan yang berbasis nilai-nilai keislaman, seperti rahmatan lil ‘alamin, musyawarah, dan penguatan ukhuwah sebagai basis transformasi sosial.

Nawal berharap, agar buku ini bisa menjadi panduan reflektif dan praktis bagi para pengasuh pesantren, guru, orang tua santri, serta semua pihak yang peduli pada dunia pendidikan. Mari kita jadikan pesantren sebagai rumah aman bagi anak-anak kita, rumah yang mendidik, melindungi, dan menumbuhkan.

Turut hadir dalam acara ini sejumlah tokoh literasi Jawa Tengah, di antaranya Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie, Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah Dr Ir Mohammad Agung Ridlo MT, Bendahara I Satupena Jawa Tengah Dr Sutji Harijanti MPd, Ketua Satupena Kabupaten Semarang Tirta Nursari, serta Ketua Kumandang Sastra Semarang Driya Widiana MS.

“Melalui kegiatan ini, semangat literasi kembali digaungkan dengan kuat di Jawa Tengah. Kehadiran dua buku tersebut menjadi pengingat bahwa dunia literasi tidak hanya tentang estetika sastra, tetapi juga tentang kontribusi nyata terhadap isu-isu sosial yang mendesak untuk dibahas,” ujar Gunoto yang juga Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah ini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *