Bantu Petani Tomat, Pemkab Rembang Gandeng ASN dan Sekolah Serap Hasil Panen

REMBANG (Ampuh.id) – Pemerintah Kabupaten Rembang menggandeng Aparatur Sipil Negara (ASN) dan sekolah untuk membeli hasil panen petani tomat di wilayahnya. Kebijakan ini diambil pemerintah setempat untuk membantu para petani dari kerugian yang ditimbulkan akibat anjloknya harga komoditas tomat di pasaran.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan, saat ini harga tomat mengalami penurunan drastis hingga mencapai Rp 750 per kilogram. Kondisi tersebut membuat petani kesulitan menutup biaya panen, bahkan sebagian hasil panen terancam membusuk di lahan maupun di rumah.

“Harga ini dirasa sangat rendah oleh petani. Tidak cukup untuk biaya panen. Maka dari itu, mereka berharap bantuan dari dinas teknis, agar hasil panen tetap terserap,” ungkapnya, saat ditemui di kantornya, Senin (13/10/2025).

Sebagai langkah konkret, lanjutnya, pihaknya menggandeng ASN di lingkungan Pemkab Rembang untuk membeli tomat hasil panen petani. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah sekolah melalui program bertajuk Siswa Peduli Petani, setiap siswa didorong membeli antara ½ hingga satu kilogram tomat.

Agus menyebutkan, hingga saat ini penyerapan tomat petani sudah mencapai sekitar satu ton di wilayah Kecamatan Sumber. Sementara di Kecamatan Rembang dan Gunem, panen raya masih berlangsung, dan diperkirakan akan menambah volume penyerapan.

Dia mengimbau petani agar tidak hanya fokus pada tren harga pasar sesaat. Menurutnya, kecenderungan petani yang menanam komoditas secara serempak ketika harga naik, justru menyebabkan kelebihan pasokan dan harga kembali turun drastis.

“Kami terus wanti-wanti kepada penyuluh pertanian agar mengedukasi petani tidak hanya dalam hal teknis budidaya, tetapi juga dari sisi pemasaran. Karena situasi seperti ini bisa terus berulang, terutama untuk komoditas sayuran,” tegasnya.

Sebagai solusi jangka panjang, Agus juga menekankan pentingnya inovasi pascapanen. Salah satunya seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Sluke, yang mengolah tomat menjadi produk Tomat Rasa Kurma (Torakur). Menurutnya, produk olahan ini, memiliki nilai jual delapan hingga 10 kali lipat dari harga tomat mentah, serta memiliki daya simpan lebih lama.

Dengan berbagai upaya tersebut, pihaknya berharap, hasil panen petani tidak terbuang sia-sia, dan kesejahteraan petani dapat terus meningkat secara berkelanjutan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *